{HHRMA~Bali} Fw: Bls: [DOKTER] Kasus BPJS terbaru...sungguh miris dan pedih jika benar demikian

 

Dear rekan-rekan,

 

Sekedar berbagi informasi.

 

Terima kasih,

Wisa

On Monday, January 20, 2014 10:04 AM, edwinbsr <edwinbsr@yahoo.com> wrote:

 

ya itu urusan dokter dengan pemerintah lah.

 

On Saturday, 18 January 2014 6:01 PM, Djamaris Munte <jamaris47@yahoo.co.id> wrote:

 

Jangan menangis, jangan bersedih, jangan miris...
BPJS-Kesehatan ini adalah program yg sangat mulia namun sangat sangat berat utk dijalankan.
UU-nya sudah disahkan sejak th 2004....10 thn kemudian baru bisa dilaksanakan.
Banyak negara belum mampu mewujudkan Jaminan Sosial ini.
Memang nampaknya sangat diperlukan Niat baik semua pihak ( stake holder).
Pemerintah, Menkes, BPJS-Kes wajib hukumnya jujur dan transparan dalam mengelola dana yg dikumpulkan. Karena BPJS ini non-profit, tidak ada kewajiban mencari keuntungan, dana yg terkumpul ini harus dibagi habis dengan pihak pemberi pelayanan, dokter, klinik, RS, dll.
Beda dg PT.ASKES yg dibebani pemerintah mencari Keuntungan, ada target yg harus dicapai, dana sekian harus setor ke Keuangan.
Barangkali inilah momen yg dapat kita gunakan untuk menolong kita semua. Kalau ada dokter privat, klinik privat yg membantu pasien, menggratiskan pasien tidak mampu scopenya individual saja...tetapi kalau program BPJS ini kita bantu..bisa menolong bangsa ini.
Mari IDI dan Organisasi Profesi Dokter semua, kita kritisi terus pemerintah dan badan2 yg bertanggung jawab dalam program ini, sehingga makin lama maikin baik untuk bangsa ini.
Wallahu a'lam

Pada Jumat, 17 Januari 2014 20:42, arie prawiro <arieprawiro@yahoo.com> menulis:

 

Dear all,

Sy dpt berita dari FB:

Mf Santoso Hutapea · 60 pengikut

8 Januari pukul 14:41  · 

• Sharing oleh seorng TS Sp.OG alias dkter kandungan......
  
  Memilukan sekali dampak rendahnya biaya yg dibayarkan BPJS....
  
  MAAF, INI BUKAN SALAH KITA.....
  
  Akhirnya, yang saya takutkan terjadi juga. Saya 'harus' bertemu dengan pasien BPJS, yang ternyata adalah istri dari seorang teman sejawat dokter umum.
  
  Pasien primigravida, datang jam setengah empat sore ke UGD dengan keluhan ketuban pecah dan letak lintang. Pasien tidak pernah ANC di saya. Setelah dihitung, usia kehamilannya masih sekitar 35 minggu. ANC terakhir adalah sebulan yang lalu di SpOG yang lain. Dari anamnesis, ternyata si pasien punya riwayat gula darah tinggi. Itu saja yang bisa saya gali (sungguh hal tidak menyenangkan bagi seorang SpOG bila 'kedatangan" pasien yang tidak pernah ANC kepadanya ok harus meraba2 masalah pada pasien).
  
  Dan episode berikutnya, adalah episode2 yang harus membuat saya menangis tak terperikan dalam hati. Pasien saya rencanakan SC cito. Pertanyaan yang pedih ketika dokter jaga menghubungi saya,"dokter mau mengerjakan pasien BPJS?". Pedih, karena semua sejawat SpOG pasti tahu nominal biaya paket SC. Sekitar 3-4 juta. Itu total Jenderal, sudah termasuk sewa OK, obat bius, benang benang jahit, perawatan di ruangan, infus dan obat di ruangan. Lalu berapa honor yang harus diterima seorang SpOG? Tergantung. Yah, tergantung sisa hal2 di atas. Bisa saja cuma 60 ribu seperti yang pernah dialami sejawat saya.
  
  Tapi, bukan itu yang membuat saya pedih. Toh, selama ini, kami para dokter sudah biasa mendiskon pasien, menggratiskan pasien dll. Yang membuat pedih adalah pertanyaan itu. Ini soal hati nurani. Apa mungkin saya menjawab tidak???
  
  Pedih berikutnya, adalah ketika saya harus menunggu satu jam lebih untuk mendapatkan kepastian jadi tidaknya pasien ini operasi. Katanya, masih menunggu proses administrasi BPJS yang katanya online nya sedang lemot. Dan benar2 hati saya harus deg2an bercampur pedih itu tadi. Mau menunggu sampai kapan.Sampai jadi kasus kasep? Sementara urusan administrasi bukan wewenang kami para dokter.
  
  Setelah dengan sedikit pemaksaan, pasien akhirnya bisa sampai di kamar operasi. Lagi2 saya harus pedih. Berdua dengan sejawat anestesi, kami harus berhemat luar biasa. Saya sibuk berhemat benang, dan dia sibuk memilihkan obat bius yang murah meriah. Aduhai, operasi yang sama sekali tidak indah buat saya....
  
  Selesaikah pedih saya? Ternyata belum. Pasca operasi, saya dihubungi apotek. "Dok maaf, obat nyeri nya tidak ditanggung, obat untuk mobilitas usus juga tidak ditanggung," hiks....Apakah kami para dokter ini jadi dipaksa bekerja di bawah standar oleh pemerintah? Dan, saya pun ikut merasakan betapa pasien masih merasakan kesakitan pasca SC. Sungguh, maaf, ini bukan salah kita, pasien ku sayang....
  
  Bahkan, obat nyeri yang oral pun terpaksa bukan yang biasa kami berikan. Pedih dan perih hati kami. Seperti inikah pengobatan gratis yang dijanjikan oleh Pemerintah? (Tapi sebenarnya tidak gratis bagi PNS, karyawan, buruh dan orang mampu yang nanti dipaksa ikut BPJS). Kami harus bekerja dengan pengobatan ala kadarnya yang membuat kesedihan luar biasa bagi kami. Kami merindukan pasien2 tersenyum bahagia.
  
  Dan...kepedihan yang paling2 pedih adalah harus menghadapi kenyataan bahwa malam ini, pasien BPJS saya adalah istri seorang sejawat dokter umum yang tercatat sebagai PNS di sebuah Puskesmas. Bayangkan, seorang ujung tombak lini depan pelayan kesehatan yang notabene pekerja Pemerintah, harus mendapatkan pelayanan BPJS seperti ini.
  
  Dan...menangislah saya, karena kalau BPJS tetap berjalan seperti ini, bukannya tidak mungkin, saya dan kita semua akan mengalami hal yang sama dengan istri sejawat saya ini. Karena kelak, BPJS ini wajib untuk semua rakyat dan semua RS. Karena pemerintah pun menjadi tukang paksa bagi seluruh isi negerinya..,,Rakyat dipaksa ikut BPJS, karyawan swasta harus ikut BPJS, seluruh RS wajib melayani BPJS dan dokter pun harus melayani sesuai standar BPJS yang ala kadarnya...
  
  Maaf, tapi ini bukan salah kita....

  487Suka · Bagikan

  • 187 orang menyukai ini.
  • 49 dari 78

    Lihat Komentar Sebelumnya
  • 

    Ramadhani King namun Menkes menyampaikan ke Publik semua berjalan baik, insentif dokter berlipat ganda, gmna neh Menkes kita satu ini, pdhal dia seorang dokter, dokter spesialis...http://nasional.kompas.com/read/2014/01/08/1223471/Menkes.Peningkatan.Insentif.Dokter.Sudah.Luar.Biasa

    8 Januari pukul 19:18 · Suka
  • 

    Ramadhani King Apa yg dikeluhkan para TS rupanya tdk terekam n tdk jd perhatian ibu Menkes kita yg terhormat

    8 Januari pukul 19:20 · Suka
  • 

    Sari Kusuma @Nur Asma: jangan sampai Tuhan mengharuskan anda merasakan sendiri baru bisa berempati...

    8 Januari pukul 19:25 · Suka · 3
  • 

    Mf Santoso Hutapea Sungguh disayangkan.... Menkes kita ngomong kayak gt... Sial banget nasib dokter di Indonesia...

    8 Januari pukul 19:29 · Suka · 1
  • 

    Gumilang Wiranegara Mungkin yg dilihat BU Mboi adalah insentif dokter yg kerja sebagai direksi BPJS

    8 Januari pukul 19:32 · Suka
  • 

    Aman Syahruddin Ijin share ya dok.

    8 Januari pukul 19:54 · Suka
  • 

    Rini Indryawati

    ya اَللّهُ , terlalu

    8 Januari pukul 20:39 · Suka
  • 

    Emil Hanafi demooooooo yuukkksss ....
    btw udah merambah ke RS TNI juga en makin ribet pula utk berobat...

    8 Januari pukul 21:28 · Suka · 2
  • 

    Estu Nila Widuri mohon ijin untk share ya,dok.. btk..

    8 Januari pukul 21:39 · Suka
  • 

    Veradina Rahmawati Ya Allah... ap yg terjadi dgn negri ini...

    8 Januari pukul 21:42 · Suka · 1
  • 

    Nurul Dewiendra Mungkin utk rs tipe b dan a.....tdk ada kendala spt itu. Tp utk rs tipe d dan c, mmg miris. Appendiktomi hanya dikisaran 2.1 smp 2.4.... Operator,anestesi, rg ok plus obat dan bmhp nya....ruangan dan tindakan, penunjang lab dan ro.....kebayang toh para doter dptnya brp....??? Blom lg dampak penghematan terhadap pasien,.....wah ga kebayang.

    8 Januari pukul 22:04 · Suka · 1
  • 

    Muhammad Ilham Aldika Akbar Yg buat aturan bpjs org idiot semua...

    8 Januari pukul 22:37 · Suka · 4
  • 

    Rinov Remedy Seperti jamkesmas kmrn jg paketnya..cm impactnya lbh bsr krn keanggotaannya smkn bnyk..
    Askes sbnrnya paketnya kecil jg, tp abhp/amhp dah bisa n biasa dibebankan ke pasien..
    Yg babak belur ya rumah sakit.....Lihat Selengkapnya

    8 Januari pukul 22:56 · Suka · 8
  • 

    Mahendra Saja Izin share,,,

    8 Januari pukul 23:06 · Suka
  • 

    Rizal Fitni Abdullah Coba liat fornas.. obat2 yg dipake tuk bpjs.. sangat terbatas.. ya bs dipahamilah gmn nantinya.. smg sgr ada perbaikan.. kl gak ya pasien jg yg akan jd korban, DAN YG PERLU DIINGAT.. pasien itu bisa siapa aja, termasuk dokter jg akan bs jadi pasien.

    8 Januari pukul 23:06 · Suka
  • 

    Imelda Theodora Ijin share.. rakyat termasuk tenaga kesehatan diikutkan program bpjs,pejabat berobat keluar negeri,sungguh indah negeri ini...

    8 Januari pukul 23:50 · Suka · 7
  • 

    Mf Santoso Hutapea silahkan di share seluas luasnya... gak perlu pake izin...

    8 Januari pukul 23:57 · Suka · 3
  • 

    Nirmala Tak Ingin Disakiti ngeri :(((

    9 Januari pukul 0:51 · Suka · 1
  • 

    Ummu Azzam serem banget ni produk politik, nyawa manusia kyk mainan aja,

    9 Januari pukul 5:35 · Suka · 2
  • 

    Nina Natalia 1 mg lebih BPJS b'jalan.wajar program br dpt bnyk kritik,tapi kalo SEMUA nada negatif,layak b'operasi kah program ini?tdk hny tenaga medis,komen positif dr peserta pun belum ada

    9 Januari pukul 6:18 · Suka
  • 

    Sakina Husen Ijin share y dok

    9 Januari pukul 6:26 · Suka · 1
  • 

    Riyanny 'Wiwied' Pratiwi ijin share ya dok.. trims

    9 Januari pukul 6:35 · Suka
  • 

    Liya Rosmalasari begitu miskinkah negeri tercinta ini????rakyat mendapatkan pelayanan kesehatan yg tdk layak...tenaga medis sama sekali tdk dihargai...hikss

    9 Januari pukul 6:55 · Telah disunting · Suka · 4
  • 

    Sri Saparni pemimpin di negara ini sudah dibutakan oleh uang, jabatan. maaf sudah amoral dan biadab. semoga pintu surga tertutup bagi mereka yg sewenang2 pada rakyat yg memberi amanah kepada mereka2 itu. aamiin.

    9 Januari pukul 7:32 · Suka · 4
  • 

    Fathir Dhiyaul Firdaus Berobat k dukun ja dok. Ndi pake bpjs wk wk wk

    9 Januari pukul 7:33 · Suka · 1
  • 

    Kiko Marpaung Bagaimana kalau semua dokter tinggalkan negri ini, kita kerja di luar saja. Yuuukkk! Msh byk negara maju yg menghargai profesu kita..

    9 Januari pukul 8:02 · Suka · 2
  • 

    Muhammad Muhrodji belum klo kita yg bekerja di RS...mau berobat harus ke dr Keluaraga atau ke Puskesmas Dulu,

    9 Januari pukul 8:14 · Suka
  • 

    Muhammad Muhrodji makanya klo dulu ot mendambakan anaknya akan jadi dokter, sekarang beralih anaknya jadi DPR atau Artis

    9 Januari pukul 8:20 · Suka · 3
  • 

    Maya Damanik Sediiih...izin share ya

    9 Januari pukul 8:28 · Suka
  • 

    David Andrew izin share Ϋªª bg....biar pada tahu pemerintah kita dgn keterbatasan kita melayani pasien kita.tetap semangat Ϋªª bg

    9 Januari pukul 9:16 · Suka
  • 

    Roland Tambunan izin share ya dok

    9 Januari pukul 9:34 · Suka
  • 

    Tiviana Lestari Lubis izin share dok..

    9 Januari pukul 11:53 · Suka · 1
  • 

    Weny Thengkano ijin share ya dok...

    9 Januari pukul 13:44 · Suka
  • 

    Rendy Tan

    

    9 Januari pukul 15:59 · Suka · 5
  • 

    Annisa Mariam ijin share

    9 Januari pukul 17:12 · Suka
  • 

    Cut Belinda berita terbaru tentang bpjs,semua warga negara boleh ikut dg nominal 25 ribu hingga 100 ribu perbulan.tetapi pada klinik yg dikelola oleh suami saya pemerintah meminta klinik swasta tersebut melayani pasien bpjs dengan bayaran nominal 6 ribu rupiah perkali periksa.beli bubur aja kagak cukup...

    9 Januari pukul 17:15 · Suka · 2
  • 

    Dinne Fitriya Ijin share

    9 Januari pukul 19:24 · Suka
  • 

    Adi Sta O Kan modelnya subsidi silang dok?
    Ndak semua orang sakit parah gtu

    9 Januari pukul 20:35 · Suka · 1
  • 

    Kuncoro Sakti Kenapa BPJS di Puakesmas menjadi istimewa ...semua serba cukup .... dan tenaga medisnya di bayar jauh lebih baik bahkan bisa 5 X lebih besar ...... tapi dirumah sakit semua mengeluh kenapa ???? ..... apakah ini bentuk propaganda kapotalis ????

    9 Januari pukul 22:45 · Suka · 3
  • 

    Purwitasari Aquarini Pregnansy izin share

    10 Januari pukul 15:42 · Suka
  • 

    Noor S Ir Hamni waduh....brti yg pns sdh di potong tiap bulan utk hya mndptkn pengobatan pas pasan gitu...??? mending spt dulu aja askes ya askes,

    10 Januari pukul 20:21 · Suka
  • 

    Agus Maksum Mengerikan sekale!

    11 Januari pukul 5:04 · Suka
  • 

    Melva Simanjuntak ijin share

    11 Januari pukul 21:05 · Suka
  • 

    Adi Rosadi ijin share...

    11 Januari pukul 21:08 · Suka
  • 

    Wowo Nawaksari ijin share

    11 Januari pukul 21:53 · Suka
  • 

    Emilda Rosliva subhanallah prediksi saya sbg org awam terjawab sudah ...

    11 Januari pukul 22:15 · Suka
  • 

    Saafina Mphi Stau saya di puskesmas atau yankes tgkt 1 : 4000-6000/jiwa untk kapitasinya. Tdk lbih besar dri di rs

    11 Januari pukul 22:23 · Suka
  • 

    Sugi Arti Ijin share ya

    12 Januari pukul 11:15 · Suka · 1
  • 

    TeNin TanTenya FanFan mengerikan skali... 

    13 Januari pukul 6:52 · Suka

__._,_.___

Reply via web post

Reply to sender

Reply to group

Start a New Topic

Messages in this topic (1)

Recent Activity:

Visit Your Group

Milis Hotel Human Resources Managers Association Bali
�~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~�
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup http://groups.yahoo.com/group/HHRMA-Bali/
Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali@yahoogroups.com
Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali-unsubscribe@yahoogroups.com
�~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~�

Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use • Send us Feedback

.

__,_._,___