{HHRMA~Bali} Pertanyaan Sarjana Pengangguran - BALI TRIBUNE Sabtu, 29 September
Written by lowongan kerja on 9:15 PM
MOHON KOMENTARNYA
TENTANG PENGANGGURAN INTELEK........
Date: Thu, 27 Sep 2012 12:25:47 +0800
From: yusufmemo@yahoo.co.id
Subject: Pertanyaan Sarjana Pengangguran
To: gunawanwicaksono@hotmail.com
CC: bursa.kerja.bali@gmail.com
Date: Thu, 27 Sep 2012 12:25:47 +0800
From: yusufmemo@yahoo.co.id
Subject: Pertanyaan Sarjana Pengangguran
To: gunawanwicaksono@hotmail.com
CC: bursa.kerja.bali@gmail.com
Berita ini untuk Topik Utama, Edisi Sabtu (29/9)
Tampilannya 1 halaman, mengupas tentang sarjana pengangguran atau pengangguran intelek. Bapak merupakan satu dari beberapa sumber untuk mendukung tulisan ini
Pertanyaannya :
1. Mengapa banyak sarjana kita yang usai lulus justru menjadi pengangguran?
Banyak faktor yang menyebabkan :
* Lingkungan yang permisif dan soft kepada para sarjana yang menganggur
Sehingga "tekanan psikologis" dan sorotan serta tuntutan dari keluarga, lingkungan dan masyarakat belum terlalu kuat dan belum mampu "memaksa" para pengangguran untuk "bekerja apa saja" asal tidak mendapat gelar pengangguran. Sehingga para sarjana penganggur masih "santai" menyandang titel tersebut. Masih "memilih-milih" pekerjaan bahkan ada yang menolak dan lebih memilih sebagai penganggur daripada bekerja
* Masih sangat kecil prosentase mahasiswa yang sudah mulai mengembangkan daya potensinya semenjak mereka masih kuliah. Walau saat ini dengan gencarnya program wirausaha muda membuat makin "berseminya" potensi potensi anak muda kita. Ini yang harus diapresiasi, dikembangkan dan tentu dijaga (talent management)
* Link and match yang telah dicetuskan Mendikbud tahun 1990-an (Bapak Wardiman) belum sepenuh hati dilaksanakan.
1. Dunia pendidikan dan dunia usaha masih jalan sendiri sendiri atau hanya dihubungkan secara secara formal tanpa implementasi yang serius, teknis, konsisten, intens dan Sebagai contoh yang nyata, di beberapa SMK sudah bekerjasama dengan dunia otomotif untuk merekrut sekaligus mendidik lulusan SMK. Bahkan saat siswa SMK masih belajar, para industri otomotif sudah langsung datang menyumbangkan mesin dan mendatangkan tehnisi untuk mengajar.
Di kalangan pendidikan tinggi, praktek kerja lapangan hanya 1 bulan, 3 bulan dan (sangat jarang) yang maksimal 6 bulan. Apa yang bisa didapat dengan hanya magang 1 bulan ? Se-intensif apapun proses pemagangannya, bila hanya dilakukan selama 1 bulan, maka para mahasiswa hanya mendapatkan basic, kulit, pengantar.
2. Interaksi, komunikasi dan hubungan antara dunia usaha dan dunia pendidikan masih berjarak. Seberapa sering pihak pendidikan mengundang para praktisi untuk menjadi dosen tamu untuk berbagi tentang update yang terjadi dan diperlukan oleh dunia usaha ? Seberapa sering pula dunia usaha secara sukarela sadar dan terencana mengunjungi dan memberikan info kepada dunia usaha ? sebagaimana bidang otomotif menyumbangkan mesin terbaru mereka dan memberikan teknisi terbaiknya untuk mengajar tentang mesin terbaru tersebut di SMK SMK ?
2. Apakah kualitas SDM sarjana di negeri kita jauh dari standar yang diinginkan perusahaan?
* Relatif sulit untuk meng-genelarisasi. Namun secara umum, sekitar 60% sarjana di negeri ini memang masih perlu di-up grade sebelum masuk ke dunia kerja. Jauh tidaknya dari standar perusahaan, cukup sulit mengukurnya. Karena bagi perusahaan adalah BUKAN SIAP KERJA, namun SIAP BERKEMBANG. SIAP DILATIH dalam WAKTU SINGKAT dan MEMILIKI KARAKTER YANG BAIK. Itu sudah cukup untuk perusahaan.
3. Apakah pengangguran itu lebih disebabkan oleh ketersediaan lapangan kerja yang sempit?
Untuk beberapa daerah memang harus diakui jawabannya YA. Seperti di daerah yang pertumbuhan ekonominya masih rendah. Namun, bila ada industri/usaha yang membuka lapangan kerja di sana, ternyata tidak banyak "pengangguran/tenaga kerja yang siap menjadi karyawan. Karena oleh dunia usaha tidak disiapkan jauh jauh hari sebelumnya. Misal, sudah ada rencana dibangun bandara internasional di Lombok. apakah pada saat pencanagan batu pertama lapangan terbang internasional tsb ---- di waktu yang sama-- juga dicanangkan batu pertama untuk pembangunan sekolah aviation yang menyiapkan tenaga untuk bekerja di dunia penerbangan untuk ditempatkan di sana ?
4. Kenapa banyak sarjana yang bekerja diluar dari keahlian atau jurusan yang diambil waktu kuliah
Bapak Komang Priambada, seorang expert di dunia SDM dari dahulu menyatakan bahwa assessment (penilaian kemampuan diri) itu sangat penting. Dan itu harus dimulai seawal mungkin. Kalau perlu sejak masih balita. Paling terlambat bila dilakukan pada saat SMA. Bila dilakukan pada saat kuliah, itu sudah sangat terlambat. Harus di pantau, diarahkan dan diberi pendampingan serta diberikan "lahan yang cocok dan subur" dan tentu diberikan pendampingan. Pertanyaannya ; seberapa besar peran guru BP? Di mana peran perusahaan (CSR-nya) untuk turut berpartisipasi ?
5. Mungkinkah penempatan yang tidak sesuai pada bidangnya membuat SDM kurang bisa bersaing?
Tentu saja. Penempatan yang tidak sesuai bisa "dirubah". Baik dengan "introspeksi" diri sendiri -- mencari tahu sendiri kelebihan dan kurangan serta potensi diri sendiri pada pos posisi apa. Atau dengan trial error mencoba, berpindah posisi dan rubah pekerjaa di beberapa posisi sehingga akhirnya akhirnya "menemukan" oh di sini lah tempat saya yang membuat saya merasa nyaman dan "pas". Atau tentu dengan bantuan dari dunia pendidikan atau dunia usaha untuk membantu para calon sarjana "menemukan jati dirinya" di mana potensinya, di posisi apa pas nya, di perusahaan seperti apa yang membuat potensinya berkibar.....
6. Dimana letak kekurangan SDM tenaga kerja kita?
SDM masih "lembek". Secara umum saya pribadi berpendapat bahwa "TEKANAN/PRESSURE" harus diberikan sehingga memaksa SDM "bergerak" untuk mengembangkan dirinya. Lalu pemerintah yang memberikan jalan dan menyediakan lahannya, sarana prasarananya ....
7. Bagaimana caranya agar tenaga kerja lokal bisa bersaing dengan kaum urban dan tenaga asing?
Sudah sangat sering kegundahan, kecemasan, kekhawatiran dan kegelisahan para HRD (khususnya) mengenai "peta persaingan" tenaga kerja lokal melawan tenaga kerja luar daerah dan bahkan asing. Ada dilema, di satu sisi supply jumlah dan kualitas tenaga lokal yang kompeten sangat terbatas. Pekerja lokal TIDAK BOLEH ada keistimewaan/dianak-emaskan/diproteksi. Salah satu caranya, tentu mereka dianak-emaskan pada saat mereka masih duduk di dunia pendidikan (belum masuk ke dunia kerja). Misal begitu lulus mereka diberi tambahan pengetahuan dan ketrampilan singkat, gratis atau murah yang disiapkan oleh pemerintah. Atau pada saat mereka sudah masuk di dunia kerja, harus DITEGAKKAN aturan tenaga kerja lokal wajib dibimbing dan ditarget dalam sekian tahun harus mampu menduduki posisi seperti yang ditempati oleh yang membimbing, walau mungkin di perusahaan lain atau di departemen lain. Saat ini sistem untuk pendampingan oleh tenaga kerja asing (TKA / expat) hanya formalitas belaka.
8. Berapa angka penggangguran di Bali saat ini? Tolong kasih rincian datanya
ini BPS dan disnaker yang lebih tahu -- di disnaker denpasar telpon Bpk Erwin 08199905556 ratna 081236467315 di Disnaker bali 08123909022
9. Bagaimana tanggapan pemerintah menurut penilaian Anda dalam mengatasi pengangguran ini?
Sejauh ini baru sebatas kulit, temporer dan belum terpadu. Pendataan kantong kantong pengangguran itu bagus. Namun itu kan hanya untuk mendapatkan data saja kan ? After that, so what gitu lho...?? Misal, JOB FAIR itu kan hanya mengatasi "kulit" permasalahan penganguran, dilakukan temporer setahun sekali, dan terpadunya hanya sebatas panitia job fair dan peserta job fair. Harus dibuat terobosan yang serius dan bersikenambungan. Misal ; seorang Front Office Manager (FOM) hotel diminta memberikan kursus atau menjadi dosen pendamping di sebuah lembaga pendidikan pariwisata. namun FOM ini berhak "meminta/meng-ijon" lulusan anak didik terbaiknya untuk bekerja di hotelnya denganikatan dinas minimal 1 tahun. Maka si FOM akan merasa berkepentingan untuk memantau mendampingi dan memberikan ilmunya kepada para siswa. karena nanti siswa terbaiknya akan menjadi karyawannya. Upayanya untuk mendidik siswa tidak sia-sia. Karena akan berbuah dengan mendapatkan kandidat bermutu dari hasil didiknya. Saling menguntungkan, bukan ? Program yang teknis dan implementatif win win solution seperti ini yang harus diperbanyak...
10.Siapa kira-kira yang patut disalahkan dalam kontek sarjana menganggur ini? Orangnya (sarjana), lembaga pendidikannya, pemerintah atau perusahaan?
Hahahahaha....... semuanya punya kontribusi kok......
Jawaban Bapak sangat penting bagi kami. Karena itu, lebih cepat jawaban kami terima, akan sangat membantu. Tolong kirimkan juga foto profile Bapak untuk kami muat. Trima kasih atas bantuannya
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
Milis Hotel Human Resources Managers Association Bali
'~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~'
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup http://groups.yahoo.com/group/HHRMA-Bali/
Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali@yahoogroups.com
Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali-unsubscribe@yahoogroups.com
'~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~'
'~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~'
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup http://groups.yahoo.com/group/HHRMA-Bali/
Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali@yahoogroups.com
Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke HHRMA-Bali-unsubscribe@yahoogroups.com
'~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~'
.
__,_._,___
0 comments: Responses to “ {HHRMA~Bali} Pertanyaan Sarjana Pengangguran - BALI TRIBUNE Sabtu, 29 September ”